Dieng adalah nama pegunungan yang berada sekitar 26 kilometer
ke arah utara dari Kota Wonosobo, Jawa Tengah. Luasnya kurang lebih
619,846 hektar. Wilayahnya dikelilingi oleh beberapa gunung (gugusan
gunung). Gunung-gunung itu antara lain: Sumbing, Sindoro dan Pegunungan
Dieng sendiri. Nama Dieng, berasal dari kata Di-Hyang yang berarti
"tempat bersemayamnya para dewa". Di ketinggian sekitar +/-2100 meter
dari permukaan air laut ada suatu dataran berukuran sekitar 14.000 meter
persegi. Dataran tinggi tersebut merupakan daratan yang terbentuk oleh
kawah gunung berapi yang telah mati. Bentuk kawahnya terlihat jelas dari
dataran yang terletak di tengah yang dikelilingi oleh bukit-bukit.
Beberapa kawahnya masih aktif secara vulkanik. Yang paling terkenal
adalah kawah Si Kidang. Dinamai Si Kidang karena kawah ini aktif
berpindah-pindah lesana kemari layaknya kidang/kijang. Disamping itu,
ada juga aktivitas vulkanik yang berupa gas/uap panas bumi yang
dialirkan melalui pipa dengan diameter yang cukup besar. Gas panas bumi
itu dijadikan sebagai pembangkit listrik. Satu hal yang menarik adalah
di dataran tinggi tersebut ada peninggalan nenek moyang yang berupa
beberapa candi (kompleks percandian).
Komplek Candi Dieng dibangun pada masa Hindu, karena di
areal percandian tersebut banyak ditemukan peninggalan-peninggalan
berupa arca-arca Dewa Siwa, Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya yang
bercirikan agama Hindu. Namun, masyarakat setempat (sekitarnya)
menamainya dengan tokoh-tokoh wayang Purwa dalam lokan Mahabarata,
misalnya Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, Candi Bima,
Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi dan Candi Puntadewa. Nama
candi-candi tersebut tidak ada kaitannya dengan fungsi bangunan dan
diperkirakan nama candi-candi diberikan setelah bangunan candi tersebut
ditinggalkan atau tidak digunakan lagi. Sampai saat ini belum diketahui
secara pasti siapa yang membangunnya. Yang jelas bahwa berdasarkan salah
satu dari 12 prasasti yang ada, kompleks percandian tersebut dibuat 731
(Saka) atau 809 Masehi. Jadi, pada awal abad ke-9.
Komplek percandian yang ada di dataran tinggi Dieng itu dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi
Dwarawati, dan Candi Bima. Masing-masing kelompok terdiri dari beberapa
candi yang juga dinamai dengan nama tokoh-tokoh dalam cerita Mahabarata.
Berikut ini akan diuraikan benda-benda cagar budaya yang terdapat dalam
komplek percandian di dataran tinggi Dieng dari arah utara ke selatan.
Kelompok Candi Dwarawati
Kelompok Candi Dwarawati terletak paling utara diantara candi-candi di
dataran tinggi Dieng yang didirikan di Bukit Perahu. Dahulu kelompok ini
terdiri dari dua buah candi, yakni Candi Dwarawati (di sebelah timur)
dan Candi Parikesit (di sebelah barat). Namun, saat ini yang masih
berdiri hanya Candi Dwarawati saja. Candi Dwarawati menghadap ke arah
barat dengan bentuk empat persegi panjang, berukuran panjang 5 meter dan
lebar 4 meter, sedangkan tingginya 6 meter. Pada masing-masing dinding
luar dan dalam candi terdapat relung-relung tempat arca yang sudah
kosong, kecuali sebuah alas arca di dalam bilik candi (dhatu garbha).
Sedangkan, atap candi berhias menara-menara kecil dan dihias dengan
simbar-simbar lukisan kepala. Bentuk atap dan hiasan-hiasannya merupakan
pengaruh dari India Selatan.
Petirtaan Bimo Lukar
Pertirtaan ini berupa kolam yang bermata air jernih, aliran airnya cukup
deras, dan berukuran 5 m x 2,5 m x 1 m. Bangunannya terdiri dari
susunan batu yang berhiaskan relief. Airnya disalurkan melalui beberapa
pancuran.
Kelompok Candi Arjuna
Kelompok Candi Arjuna merupakan kelompok terbesar. Kalau orang
mengatakan Candi Dieng, biasanya yang dimaksud adalah kelompok Candi
Arjuna, padahal sebenarnya masih banyak kelompok yang lain. Kelompok
yang memanjang dari utara ke selatan ini terdiri atas dua deretan candi,
yakni deretan sebelah timur dan sebelah barat.
Deretan sebelah timur semua menghadap ke barat dan terdiri atas beberapa
bangunan candi, yakni: Candi Arjuna-Srikandi, Puntadewa, dan Sembadra.
Sedangkan, deretan sebelah barat tinggal satu candi yang masih berdiri,
yakni Candi Semar yang berhadapan dengan Candi Arjuna.
Berbeda dengan kelompok Candi Dwarawati yang denahnya empat persegi
panjang, candi-candi kelompok Arjuna berdenah bujur sangkar, tanpa
penampil, hanya di bagian depan terdapat bilik pintu masuk yang menjorok
ke depan. Pada dinding terdapat relung-relung dan hiasan-hiasan. Di
bagian depan berhias kala-makara. Atapnya kaya akan hiasan. Sayang,
kebanyakan candi di komplek ini sudah rusak dan beberapa diantaranya
tinggal fondasinya saja. Sebenarnya sekitar 200 meter di sebelah
barat-daya kelompok Candi Arjuna terdapat sisa-sisa bangunan yang
dikenal sebagai Candi Setyaki, Petruk, Antareja, Nala Gareng, Nakula dan
Sadewa, namun sudah sulit diidentifikasi karena tinggal
fondasi-fondasinya saja.
Kelompok Candi Gatotkaca
Candi Gatotkaca tempatnya agak tinggi dibandingkan dengan kelompok
Arjuna, yakni di sebelah barat telaga Bale Kambang dan di lereng bukit
Panggonan. Candi Gatotkaca menghadap ke barat dan berdenah bujur sangkar
berukuran 4,5 m x 4,5 m, dengan penampil pada masing-masing sisinya.
Kelompok Candi Bima
Kelompok Candi Bima kini tinggal satu candi saja dan terletak pada
deretan ujung paling selatan, menghadap ke timur. Baturnya bujur sangkar
berukuran 6 m x 6 m, sedangkan fondasinya berbentuk segi delapan,
tinggi candi 8 m. Dibandingkan dengan candi-candi lainnya, Candi Bima
termasuk paling utuh. Gaya bangunannya khusus. Atapnya dipenuhi hiasan
dan terdiri dari tiga tingkatan yang batas-batasnya tidak jelas. Bentuk
seluruhnya seperti Sikhara (seperti mangkuk yang ditangkupkan) di India
Utara, hanya hiasan-hiasan menara dan relung-relung yang berbentuk tapal
kuda menunjukkan pengaruh India Selatan.
Dahulu Candi Bima mempunyai 24 arca kudu, yaitu arca yang berbentuk
kepala manusia yang seolah-olah melongok keluar dari bilik jendela yang
masing-masing beratnya sekitar 15 kilogram, tinggi 24 cm, lebar 20 cm
dan tebal 27 cm. Namun, karena seringnya terjadi pencurian di komplek
Candi Dieng, terutama Candi Bima, maka saat ini arca yang terdapat di
Candi Bima hanya sekitar 13 buah saja
0 komentar:
Posting Komentar